Selasa, 03 Maret 2015

DIY Minta Perbaikan Kurikulum 2013


Sejumlah siswa membawa tumpeng untuk diberikan kepada guru dalam memperingati Hari Guru Nasional di SDN 02 Pagi Lebak Bulus, Jakarta, 25 November 2014. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY, Kadarmanta Baskara Aji, menolak usulan penghapusan Kurikulum 2013. Sebab, kata dia, bisa membuat siswa bingung. "Jangan main-main sama anak, baru satu semester atau setahun jalan kok dihapus," kata Baskara, Senin, 1 Desember 2014.

Menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemarin siang, mengumpulkan semua kepala dinas pendidikan dari seluruh Indonesia, membahas evaluasi Kurikulum 2013.
Menurut Baskara, mayoritas kepala dinas pendidikan kompak meminta, kurikulum itu dilanjutkan. "Kalau ada yang salah, sudah risiko. Lebih baik diperbaiki," kata dia.

Baskara menilai usulan kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak tepat. "Akan membingungkan anak-anak (siswa), tidak boleh," kata dia. Dia berpendapat aspek yang paling penting diperbaiki di teknis pengadaan buku, konten kurikulum, dan kualitas guru mengajar. Untuk pengadaan buku, dia minta pemerintah tegas mengupayakan, semua kebutuhan siswa di seluruh Indonesia terpenuhi tepat waktu. "Pengadaan buku seperti kemarin jangan terulang," katanya.

Di konten kurikulum, dia mengusulkan sejumlah materi yang sempat hilang dimasukkan kembali. Misalnya, mengenai teknologi informasi, penting untuk siswa di semua level. Penghapusan materi itu, tidak tepat karena kebutuhan siswa terhadap pelajaran ini tinggi.

Materi khusus bahasa asing, juga perlu diberikan dalam porsi sama, seperti sebelum ada Kurikulum 2013. Padahal, siswa SMK memerlukan kemampuan skill bahasa asing untuk meningkatkan kompetensinya dan daya saing dalam mencari pekerjaan. Materi yang tak kalah penting, namun sempat hilang di Kurikulum 2013, bahasa daerah. Menurutnya, penghapusan itu bukan keputusan bijak. "Lebih baik dimasukkan lagi," kata dia.

Berkaitan dengan banyaknya guru kebingungan saat menerapkan Kurikulum 2013, Baskara menganggap tidak perlu ada penambahan pelatihan. Kebutuhan utama guru, saat ini justru adanya asistensi untuk mengembangkan metode mengajarnya. "Jadi ini, soal strategi implementasi saja," katanya.


(M. Ridho Syahputra)

0 komentar:

Posting Komentar